KONFERENSI ASIA AFRIKA 2015
PERINGATAN
60 TAHUN KONFERENSI ASIA AFRIKA
Konferensi Asia-Afrika
(KAA) di Indonesia rencananya akan berlangsung di Bandung dan Jakarta pada
April 2015, mengusung tema kerja sama promosi perdamaian dan kesejahteraan
dunia. Tema yang akan yang akan ditampilkan adalah perkuatan kerja sama
selatan-selatan. Pemerintah Indonesia juga menginginkan kerja sama ini
memberikan kontribusi dalam mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan dunia. Meskipun
kini sebagian besar negara peserta Konferensi Asia Afrika sudah merdeka dari
jajahan kolonialisme, namun masih banyak yang belum terlepas dari kemiskinan,
inilah alasan diadakannya kembali KAA di Jakarta dan Bandung pada April 2015
mendatang. Konferensi ini masih sangat relevan untuk dilaksanakan. Kalau dulu
tujuan KAA pertama seluruh negara berkumpul untuk merdeka, sekarang semua juga
bekerja sama untuk mengupayakan memerdekakan negara Asia- Afrika dari
kemiskinan. Salah satu agenda utama KAA di Indonesia, yang akan dihadiri oleh
109 pemimpin negara adalah mengenai kemajuan ekonomi.
Pemerintah Indonesia
melalui dukungan negara-negara lainnya akan berusaha mendorong dan memajukan
kerja sama selatan-selatan, yang memberikan hasil konkret dan kontribusi nyata
untuk kesejahteraan negara di Asia Afrika dan juga akan merevitalisasi
kemitraan strategis lainnya. Seperti diketahui, 75 persen penduduk dunia ada di
Asia-Afrika. GDP di Asia-Afrika juga mencapai US$21 triliun. Sebanyak satu
miliar warganya berasal dari kelas menengah, berarti ada peluang pasar yang
besar. Selain masalah ekonomi, KAA juga akan mengangkat sejumlah topik, seperti
solidaritas dalam politik, pembangunan, dan hubungan sosial budaya antar-negara
Asia dan Afrika.

Pertemuan
pejabat tinggi dari kawasan Asia-Afrika akan dihelat di Jakarta pada 22-23
April. Kemudian, pada 24 April, seluruh perwakilan negara akan menuju ke
Bandung untuk melakukan prosesi napak tilas KAA. Semakin dekat dengan
waktu penyelenggaraan, persiapan panitia penyelenggara dari kementerian luar
negeri dan lintas kementerian lainnya sudah maksimal. Dimana pertemuan dengan
stakeholders, pimpinan redaksi media, akademisi, dan para senior untuk memberi
masukan KAA telah beberapa kali dilakukan. Selain itu diseminasi informasi juga
sudah terlaksana, dimana panitia sudah berkoordinasi dengan kementerian luar
negeri negara lain dan kedubes mereka di Jakarta. Ditunjuknya Indonesia
menjadi tuan rumah dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA), tentu saja
menjadi momen berharga bagi Indonesia untuk kembali memberikan kontribusi bagi
perdamaian dunia. Dalam sejarahnya Konferensi Asia-Afrika pertama kali digelar
pada 18-24 April tahun1955. Indonesia dan negara lainnya seperti Myanmar,
Srilanka, India, dan Pakistan menjadi inisiatornya. Selain untuk mempromosikan
kerja sama ekonomi dan Asia-Afrika, gerakan ini juga dianggap sebagai sikap
melawan kolonialisme Amerika Serikat dan Uni Soviet serta negara imperialis
lainnya. Dan discussion board ini pula yang menjadi cikal bakal terbentuknya
Gerakan Non-Blok pada 1961. Selain memperingati 60 tahun Konferensi Asia
Afrika, dalam perhelatan ini juga akan diperingati 10 tahun kerja sama
strategis negara-negara Asia dan Afrika, New Asia-Africa Partnership Strategic
(NAPS).
Konferensi demi
Perdamaian Dunia
Konferensi Asia Afrika
diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan
terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat)dan Rusia
(pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari
dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus
mengembangkan senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi
kecemasan terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru
merdeka menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan
dunia. Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik melakukan pendekatan
kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat
negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika demi
meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka menyambut baik dan
menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk pula dukungan dan
desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang berharap segera
melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung dengan
Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo.
Demi menggagas
konferensi, pada 28 - 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri
Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India,
Pakistan, Birma, Ceylon) mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954
untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuandi Bogor berhasil
merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang
pada Konferensi Asia Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA. Lima
perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali
Sastroamijoyo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India,
Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John
Kotelawa dari Srilanka, dan Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh
itulah yang kemudian dikenal sebagai Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan
hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai Konferensi Panca Negara dan
Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut dimana Presiden
Soekarno sebagai pemimpinpertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai tempat
berlangsungnya konferensi.
Konferensi Asia Afrika
dilaksanakan Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpian negara
yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of
Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari
Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam
merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antarnegara
Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Hasil dari
pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai "10 Dasasila Bandung"
dimana di dalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi
manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia. Berikut adalah isi
Dasasila Bandung.
1. Menghormati
hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2. Menghormati
kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3. Mengakui
persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4. Tidak
melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5. Menghormati
hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara
kolektif.
6. Tidak
melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak
melakukan agresi terhadap negara lain.
8. Menyelesaikan
masalah dengan jalan damai.
9. Memajukan
kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban
internasional.
Souvenir yang akan diberikan pada para
delegasi
Liputan6.com,
Jakarta - Segala persiapan demi
menyukseskan hajatan skala internasional Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-60 dilakukan. Mulai dari berbenah Kota Bandung yang
merupakan salah satu tempat peringatan, hingga menyiapkan buah tangan untuk
para peserta perhelatan tersebut.Walikota Bandung Ridwan Kamil pun buka suara terkait suvenir khusus yang tengah disiapkan Kota
Kembang, agar menciptakan kesan mendalam bagi para peserta KAA. Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menyebut kenang-kenangan
yang disiapkan akan sarat dengan nilai budaya Indonesia yang sedang
digandrungi. Bahkan, kata dia, batu akik akan menjadi salah item untuk
para peserta KAA. "Saya mau kasih goody
bag (buat peserta KAA). Sekiranya ada enam item, di antaranya
kerudung, pensil, buku investasi, angklung dan batu akik," beber Emil di
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, Selasa
(7/4/2015). Untuk jenis batu akik yang disiapkan, jelas dia, adalah
batu raja asal Sumatera Selatan. Rencananya, para peserta akan dihadiahi dua
buah. "Batu akiknya dua. Satu buat bapak, satu buat
ibu," ujar Emil. Emil menyebut, pilihan jenis batu itu jatuh karena para
pengrajinnya yang menawarkan lebih dulu. Terlebih saat ini batu akik sudah
menjadi ikon budaya nusantara, tanpa perlu membeda-bedakan jenisnya. "Batu raja, kebetulan mereka yang nyumbang duluan.
Ini acara nasional ya maka kita tampung," tutur Emil.Sebelumnya, Emil pernah mengungkap bahwa
pengerjaan suvenir batu dilakukan perajin batu akik asal Bandung. Namun dia enggan membeberkan siapa
perajin yang mengerjakan suvenir KAA ini. "Yang bikin orang Bandung. All about Bandung. Nanti sebanyak
kepala negara yang hadir yang akan diberi," pungkas Emil.Untuk peringatan ke-60 KAA, Indonesia mengirimkan undangan kepada 109
negara. Namun sejauh ini baru 17 negara yang mengonfirmasi kehadiran. Tema dari
konferensi ini adalah memperkuat kerja sama selatan-selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar