Kamis, 16 April 2015

KONFERENSI ASIA AFRIKA 2015

PERINGATAN 60 TAHUN KONFERENSI ASIA AFRIKA
   Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Indonesia rencananya akan berlangsung di Bandung dan Jakarta pada April 2015, mengusung tema kerja sama promosi perdamaian dan kesejahteraan dunia. Tema yang akan yang akan ditampilkan adalah perkuatan kerja sama selatan-selatan. Pemerintah Indonesia juga menginginkan kerja sama ini memberikan kontribusi dalam mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan dunia. Meskipun kini sebagian besar negara peserta Konferensi Asia Afrika sudah merdeka dari jajahan kolonialisme, namun masih banyak yang belum terlepas dari kemiskinan, inilah alasan diadakannya kembali KAA di Jakarta dan Bandung pada April 2015 mendatang. Konferensi ini masih sangat relevan untuk dilaksanakan. Kalau dulu tujuan KAA pertama seluruh negara berkumpul untuk merdeka, sekarang semua juga bekerja sama untuk mengupayakan memerdekakan negara Asia- Afrika dari kemiskinan. Salah satu agenda utama KAA di Indonesia, yang akan dihadiri oleh 109 pemimpin negara adalah mengenai kemajuan ekonomi.
Pemerintah Indonesia melalui dukungan negara-negara lainnya akan berusaha mendorong dan memajukan kerja sama selatan-selatan, yang memberikan hasil konkret dan kontribusi nyata untuk kesejahteraan negara di Asia Afrika dan juga akan merevitalisasi kemitraan strategis lainnya. Seperti diketahui, 75 persen penduduk dunia ada di Asia-Afrika. GDP di Asia-Afrika juga mencapai US$21 triliun. Sebanyak satu miliar warganya berasal dari kelas menengah, berarti ada peluang pasar yang besar. Selain masalah ekonomi, KAA juga akan mengangkat sejumlah topik, seperti solidaritas dalam politik, pembangunan, dan hubungan sosial budaya antar-negara Asia dan Afrika.






  Pertemuan pejabat tinggi dari kawasan Asia-Afrika akan dihelat di Jakarta pada 22-23 April. Kemudian, pada 24 April, seluruh perwakilan negara akan menuju ke Bandung untuk melakukan prosesi napak tilas KAA. Semakin dekat dengan waktu penyelenggaraan, persiapan panitia penyelenggara dari kementerian luar negeri dan lintas kementerian lainnya sudah maksimal. Dimana pertemuan dengan stakeholders, pimpinan redaksi media, akademisi, dan para senior untuk memberi masukan KAA telah beberapa kali dilakukan. Selain itu diseminasi informasi juga sudah terlaksana, dimana panitia sudah berkoordinasi dengan kementerian luar negeri negara lain dan kedubes mereka di Jakarta. Ditunjuknya Indonesia menjadi tuan rumah dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA), tentu saja menjadi momen berharga bagi Indonesia untuk kembali memberikan kontribusi bagi perdamaian dunia. Dalam sejarahnya Konferensi Asia-Afrika pertama kali digelar pada 18-24 April tahun1955. Indonesia dan negara lainnya seperti Myanmar, Srilanka, India, dan Pakistan menjadi inisiatornya. Selain untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan Asia-Afrika, gerakan ini juga dianggap sebagai sikap melawan kolonialisme Amerika Serikat dan Uni Soviet serta negara imperialis lainnya. Dan discussion board ini pula yang menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961. Selain memperingati 60 tahun Konferensi Asia Afrika, dalam perhelatan ini juga akan diperingati 10 tahun kerja sama strategis negara-negara Asia dan Afrika, New Asia-Africa Partnership Strategic (NAPS).
   Konferensi demi Perdamaian Dunia
Konferensi Asia Afrika diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat)dan Rusia (pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia. Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang berharap segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung dengan  Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo.
Demi menggagas konferensi, pada 28 - 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Birma, Ceylon) mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuandi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia  Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA. Lima perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpinpertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpian negara yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya. Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai "10 Dasasila Bandung" dimana di dalamnya memuat cerminan  penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia. Berikut adalah isi Dasasila Bandung.
1.      Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2.      Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3.      Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4.      Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5.      Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
6.      Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.      Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8.      Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9.      Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
      Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
   
     
       Souvenir yang akan diberikan pada para delegasi
     
    Liputan6.com, Jakarta - Segala persiapan demi menyukseskan hajatan skala internasional Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-60 dilakukan. Mulai dari berbenah Kota Bandung yang merupakan salah satu tempat peringatan, hingga menyiapkan buah tangan untuk para peserta perhelatan tersebut.Walikota Bandung Ridwan Kamil pun buka suara terkait suvenir khusus yang tengah disiapkan Kota Kembang, agar menciptakan kesan mendalam bagi para peserta KAA. Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menyebut kenang-kenangan yang disiapkan akan sarat dengan nilai budaya Indonesia yang sedang digandrungi. Bahkan, kata dia, batu akik akan menjadi salah item untuk para peserta KAA. "Saya mau kasih goody bag (buat peserta KAA). Sekiranya ada enam item, di antaranya kerudung, pensil, buku investasi, angklung dan batu akik," beber Emil di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, Selasa (7/4/2015). Untuk jenis batu akik yang disiapkan, jelas dia, adalah batu raja asal Sumatera Selatan. Rencananya, para peserta akan dihadiahi dua buah. "Batu akiknya dua. Satu buat bapak, satu buat ibu," ujar Emil. Emil menyebut, pilihan jenis batu itu jatuh karena para pengrajinnya yang menawarkan lebih dulu. Terlebih saat ini batu akik sudah menjadi ikon budaya nusantara, tanpa perlu membeda-bedakan jenisnya. "Batu raja, kebetulan mereka yang nyumbang duluan. Ini acara nasional ya maka kita tampung," tutur Emil.Sebelumnya, Emil pernah mengungkap bahwa pengerjaan suvenir batu dilakukan perajin batu akik asal Bandung. Namun dia enggan membeberkan siapa perajin yang mengerjakan suvenir KAA ini. "Yang bikin orang Bandung. All about Bandung. Nanti sebanyak kepala negara yang hadir yang akan diberi," pungkas Emil.Untuk peringatan ke-60 KAA, Indonesia mengirimkan undangan kepada 109 negara. Namun sejauh ini baru 17 negara yang mengonfirmasi kehadiran. Tema dari konferensi ini adalah memperkuat kerja sama selatan-selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar